Setiap 10 November, kita memperingati Hari Pahlawan.
Tanggal itu ditetapkan dari peristiwa bersejarah Pertempuran Surabaya yang
terjadi pada 1945.Pertempuran
Surabaya menjadi salah satu perang terbesar dalam sejarah Indonesia
mempertahankan kemerdekaannya. Waktu itu, setelah kemerdekaan Indonesia
diproklamasikan pada 17 Agustus 1945, pemerintah mengeluarkan maklumat untuk
pengibaran bendera nasional Sang Saka Merah Putih di seluruh Indonesia. Hal ini
disambut gembira oleh rakyat Indonesia.
Pada September tahun itu juga, tentara
Inggris yang tergabung dalam Allied Forces Netherlands East Indies (AFNEI)
datang ke Surabaya bersama dengan tentara Netherlands Indies Civil
Administration (NICA). Mereka bertugas melucuti tentara Jepang—yang pada 14
Agustus 1945 telah menyerah kepada Sekutu—dan memulangkan mereka ke negaranya.
Tugas ini juga diiringi niat mengembalikan Indonesia sebagai jajahan Belanda.
Hal tersebut memicu kemarahan warga
Surabaya karena merasa Belanda tidak mengakui kemerdekaan Indonesia. Apalagi,
ketika bendera Belanda kembali dikibarkan di Hotel Yamato pada 18 September
1945. Kita tahu, keesokan harinya warna biru pada bendera Belanda disobek
sehingga yang berkibar adalah bendera merah putih.
Setelah insiden tersebut, suasana memanas,
sampai pada 27 Oktober 1945 meletuslah pertempuran pertama antara Indonesia dan
tentara Inggris. Memang, ada gencatan senjata yang ditandatangani pada 29 Oktober.
Namun, bentrokan-bentrokan bersenjata antara rakyat dan tentara Inggris di
Surabaya masih terus terjadi. Bentrokan itu memuncak dengan terbunuhnya
Brigadir Jenderal Mallaby, pemimpin tentara Inggris di Surabaya, dengan
tembakan seorang pemuda Indonesia.
Hal tersebut membuat Inggris marah dan
mengultimatum pihak Indonesia untuk menghentikan perlawanan pada tentara AFNEI
dan NICA serta menyerahkan persenjataan paling lambat pukul 06.00 WIB tanggal
10 November 1945. Bukannya takut dan lantas menyerah, pemuda Indonesia kian
berapi-api untuk melawan Sekutu.
Pagi-pagi sekali pada 10 November itu,
tentara Inggris melancarkan serangan. Ini dibalas dengan perlawanan sengit dari
pasukan dan milisi Indonesia. Pada pertempuran ini, ada banyak tokoh yang
menggerakkan perlawanan. Salah satu yang paling kita kenal, Bung Tomo. Ada pula
tokoh-tokoh lain seperti KH Hasyim Asyari dan KH Wahab Hasbullah.
Pertempuran Surabaya berlangsung cukup
panjang karena alotnya perlawanan dari pihak Indonesia. Pertempuran ini baru
mereda dalam sekitar tiga minggu. Diperkirakan 6.000–16.000 pejuang Indonesia
gugur dalam pertempuran ini. Kehilangan yang besar itu lantas menularkan
semangat perlawanan di berbagai daerah lain di Indonesia.
Sebagai bentuk penghormatan atas laku
heroik para pejuang dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia itu, tanggal 10
November lantas ditetapkan pemerintah sebagai Hari Pahlawan dengan Keppres
Nomor 316 tahun 1959. Semoga semangat perjuangan ini terus kita kenang dan
hidupkan hingga kini.
Karekteristik
seorang pahlawan adalah jujur, pemberani, dan rela melakukan apapun demi
kebaikan dan kesejahteraan masyarakat. Setiap orang harus berjuang untuk
menjadi pahlawan. Karena itu, hari pahlawan tidak hanya pada 10 November,
tetapi berlangsung setiap hari dalam kehidupan sehari-hari. Setiap hari kita
berjuang paling tidak menjadi pahlawan untuk diri kita sendiri dan keluarga.
Artinya, kita menjadi warga yang baik dan meningkatkan prestasi dalam kehidupan
masing-masing. Setidaknya kita harus mampu bertanya pada diri sendiri apakah
rela mengorbankan diri untuk mengembangkan diri dalam bidang kita masing-masing
dan mencetak prestasi dengan cara yang adil, pantas dan wajar.
Maka dari itu Peringatan Hari Pahlawan sebaiknya
dijadikan momentum sebagai hari besar yang dirayakan secara khidmat, dan dengan
rasa kebanggaan yang besar, karena merupakan kesempatan bagi seluruh bangsa
untuk mengenang jasa-jasa dan pengorbanan para pejuang yang tak terhitung
jumlahnya dalam perjuangan bersama bagi tegaknya Republik Indonesia yang diproklamasikan
pada tanggal 17 Agustus 1945.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar